Anak-Sehatceria----Membekali anak dengan karakter positif menjadi tanggung jawab orangtua. Dalam hal ini, ayah memang berperan, tetapi tangan lembut seorang ibu lebih dominan dalam pendidikan karakter anak di rumah. Hingga kita tumbuh menjadi diri kita saat ini, tak lepas dari kehebatan tangan seorang ibu.
Begitu pula dalam hidup saya. Sosok ibu adalah rumah bagi saya. Banyak hal yang diajarkan pada saya. Mulai dari disiplin waktu, berbagi dengan adik, membantu di dapur setiap pagi, dan lain sebagainya. Saya yakin tujuan dari pendidikan yang ibu lakukan ialah agar kelak saya dewasa bisa hidup mandiri.
Segala sesuatu yang ibu ajarkan pada anaknya tentu memiliki tujuan positif. Ibu ingin anaknya tumbuh sebagai pribadi yang santun dan mampu membawa diri dimanapun si anak tinggal.
Ibu Pengajar Terbaik
Istilah ”ibu adalah madrasah pertama bagi anak” sangat tepat. Saya memiliki pengalaman tersendiri dalam hal ini. Saya memiliki murid les privat, namanya Bayu. Sudah tiga tahun ia duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar.
Saat pertama kali saya berjumpa dengannya, saya bertanya, ”Bayu, kenapa kamu tidak naik kelas?”
”Saya belum bisa membaca, Bu,” jawabnya.
”Ibumu bekerja?” tanya saya.
”Nggak. Ibu saya di rumah. Tapi ibu saya nggak bisa baca,” ungkap.
Betapa sedihnya saya kala itu. Di era digital saat ini, masih ada anak yang tidak bisa membaca hanya karena ibunya yang juga buta huruf.
Dari pengalaman ini saya bisa mengambil kesimpulan. Pendidikan bagi seorang wanita itu penting meskipun ia kelak menjadi ibu rumah tangga. Sebab, pendidikan bagi seorang wanita adalah bekal dirinya untuk menjadi pengajar yang baik untuk anak-anaknya.
Ibu Alarm di Pagi Hari
”Bangun nak! Sudah jam 5 pagi, ayo salat Subuh.”
Kalimat itu selalu diucapkan oleh ibu saya hampir setiap pagi. Semua ibu pasti ingin anaknya menghargai waktu serta melaksanakan ibadah tepat waktu. Hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan itu adalah peran ibu sebagai alarm di pagi hari.
Kesabaran dan ketelatenannya lah yang mampu menjadikan seorang anak dapat disiplin serta menghargai waktu. Dan betul, dampak dari seorang ibu yang setiap pagi menjadi alarm bagi saya kini saya rasakan manfaatnya. Setelah dewasa dan berkeluarga, saya lebih bisa menghargai waktu pagi.
Ibu Koki Terhebat
Ibu saya hobi memasak dan membuat kue. Waktu kecil, saya senang sekali saat diperbolehkan membuat kue bersama ibu. Saya selalu diberi loyang khusus untuk kue yang saya buat itu.
Meskipun hasil yang saya buat tak sebaik buatan ibu, tapi saya bisa mengasah kreativitas saya sendiri. Saya buat bentuk sesuka saya. Ibu saya hanya tersenyum melihat hasil karya saya. Dan setelah berkeluarga, saya selalu rindu momen membuat kue bersama ibu.
Bagi saya, ibu adalah koki terhebat. Koki yang tak pernah melarang putri kecilnya ikut-ikutan membuat kue bersamanya.
Ibu Hakim yang Paling Adil
Bertengkar dengan adik adalah hal yang lumrah saat saya masih kecil. Usia kami hanya berselisih lima tahun. Terkadang kami berebut makanan, mainan, acara televisi, dan lain sebagainya.
Saat kami berdua bertengkar, ibu yang menjadi hakim bagi kami. Ibu adalah hakim yang paling adil dalam hidup kami. Ibu tak pernah membela salah satu di antara kami. Ibu juga tak pernah menyalahkan salah satu dari kami. Ibu selalu pada pihak yang netral.
Saat kami bertengkar ibu selalu mengingatkan, ”Sebagai kakak alangkah baiknya kamu mengalah. Sebagai adik seharusnya bisa menghormati kakakmu. Kalau ada satu makanan, bagilah mejadi dua sama besar. Jika ada satu mainan, bergantian mainannya. Adik 5 menit, kakak 5 menit.”
Nasehat ibu itu tak pernah saya lupakan sampai saat ini.
Ibu Motivator Terbaik
Kata-kata lembut dari seorang ibu merupakan sebuah motivasi terbaik dalam hidup saya. Setiap doa ibu menyimpan banyak harapan. Maka bagi saya ibu lah yang patut menyandang istilah motivator terbaik.
Karakter seseorang terbentuk tidak lepas dari peran seorang ibu. Jadi, sangatlah tepat jika ibu adalah rumah terbaik bagi seorang anak. Rumah sebagai tempat belajar maupun sebagai pengadilan terbaik. (Agustina Wulandari Sutoro - Tutor PBM Wadaskelir ).
Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/
0 komentar:
Posting Komentar